Wibo. Guitar Lesson

WIBO> STRATOCASTER GUITAR LESSON

Rabu, 29 Februari 2012

Dream Theater

Dream Theater adalah salah satu grup progressive metal paling terkemuka di dunia saat ini. Didirikan oleh Mike Portnoy, John Petrucci dan John Myung, mereka telah merilis delapan album studio, empat rekaman live dan satu album pendek (EP). Album pertama mereka, When Dream And Day Unite direkam dengan Charlie Dominici sebagai vokalis dan Kevin Moore sebagai pemain keyboards. Dominici berusia jauh lebih tua daripada anggota lainnya dan ingin memainkan musik yang lain, sehingga ia kemudian keluar dari grup. Mereka kemudian mencari pengganti yang ideal selama 2 tahun sampai akhirnya bertemu dengan James LaBrie, vokalis dari Kanada melalui audisi.
Bersama LaBrie mereka merekam Images And Words yang melambungkan nama mereka ke jajaran internasional dengan hit "Pull Me Under" dan "Another Day". Awake adalah album terakhir mereka dengan Moore yang kemudian digantikan oleh Derek Sherinian untuk album Falling Into Infinity. Pada akhirnya Sherinian juga digantikan oleh Jordan Rudess dan formasi ini masih bertahan sampai hari ini. Namun menjelang akhir tahun 2010, sang drummer Mike Portnoy memutuskan untuk keluar dari band ini, yang kemudian digantikan oleh mike mangini setelah melalui audisi 7 drummer terhebat dunia. Mereka telah meluncurkan album konsep Metropolis 2: Scenes From A Memory dan album ganda Six Degrees Of Inner Turbulence. Pada tahun 2003 mereka memutuskan untuk merekam album non-konsep Train Of Thought yang sangat dipengaruhi oleh grup thrash metal seperti Metallica. Album mereka yang berjudul Octavarium dikeluarkan pada tanggal 7 Juni 2005 dan selain merupakan album studio kedelapan juga mengandung delapan lagu.
Setelah Dream Theater meluncurkan album Live mereka dalam memperingati 20 tahun Dream Theater terbentuk yang berjudul Score yang direkam pada tanggal 1 April 2006 di Radio City Music Hall,US. Mereka kembali bersiap meluncurkan album ke sembilan mereka dengan membawa bendera label record baru yaitu RoadRunner Records, mereka telah merampungkan album Systematic Chaos yang berisi 8 lagu dan akan diluncurkan pada tanggal 5 Juni 2007 di US.Album Mereka yang terbaru "A Dramatic Turn of Events" yang digarap bersama drummer baru mereka, diluncurkan pada pertengahan 2011, dengan hits pertama "On The Back Of Angels".*
 http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/c/c5/Dreamtheaterprog.jpg/200px-Dreamtheaterprog.jpg

Senin, 27 Februari 2012

Cara Bermain Gitar Rusak: Pengaruh Yngwie Malmsteen

Ketika belajar cara bermain gitar, wajar saja bahwa Anda akan melihat musisi terkenal untuk mencari inspirasi dan bimbingan. Ini adalah ide bagus, dan pada akhirnya akan membantu Anda menjadi seorang musisi yang lebih baik selama Anda mencoba untuk menggabungkan ide-ide dan tips dari berbagai sumber dan gaya bukan hanya meniru satu pemain pada khususnya. Oke, yang mengatakan, saatnya untuk melihat di salah satu hebat. Yngwie Johann Malmsteen pasti salah satu pemain terbesar yang hidup mutlak gitar, dan memiliki salah satu gaya paling dikenal di batu dan logam tanpa diragukan lagi. Para musisi Swedia misterius datang ke tempat dunia rock di sejumlah band sebelum berangkat perjalanan pribadi dengan sebuah band di bawah moniker bervariasi dari Force Yngwie Malmsteen Rising atau baik Yngwie Malmsteen Yngwie J. atau Malmsteen, dan dia adalah sumber inspirasi ketika belajar cara bermain gitar Yngwie adalah dunia terkenal sebagai salah satu bintang awal, dan mungkin originator, dari merek tertentu bermain. Bahwa gaya yang sekarang dikenal di seluruh dunia sebagai batu neoklasik atau logam, dan menggabungkan elemen dari musik klasik ke dalam pengaturan heavy rock. Dia menggunakan konsep-konsep seperti skala kecil harmonik dan skala berkurang dalam Musiknya, dan ini merupakan pengaruh yang telah melayani dengan sangat baik Yngwie selama bertahun-tahun. Dengan blues beberapa pengaruh dalam dengan elemen klasik besar, ia telah mampu menciptakan dan mengasah gaya bermain gitar yang menarik dan adiktif. Ia juga dikenal untuk kecepatan yang luar biasa, tetapi ada lebih banyak musik Malmsteen dari sekedar shredding dan solo panjang. Ada besar membantu teori musik dalam praktek juga, dan ini adalah tempat musik dari Yngwie Malmsteen dapat membantu Anda ketika Anda belajar bagaimana untuk bermain gitar. Lihatlah ke dalam pengaruh klasik ia berbicara tentang, seperti Bach dan Paganini untuk pemula, dan Anda segera akan menemukan bagaimana Anda dapat menambahkan beberapa, arpeggio indah terinspirasi klasik dan sejenisnya untuk bermain Anda. Penggunaan melodi klasik dan pola gaya musik menawarkan banyak ruang untuk improvisasi, dan ketika ditambahkan ke teknik Anda mengumpulkan sambil belajar cara bermain gitar, Anda akan menemukan beberapa jalan baru yang dinamis eksperimen.

Joe Satriani


Joseph "Joe" Satriani (born July 15, 1956) is an American instrumental rock guitarist, multi-instrumentalist and multiple Grammy Award nominee. Early in his career, Satriani worked as a guitar instructor, and some of his former students have achieved fame such as Steve Vai, Larry LaLonde, Rick Hunolt, Kirk Hammett, Andy Timmons, Charlie Hunter, Kevin Cadogan and Alex Skolnick. Satriani has been a driving force in music credited to other musicians throughout his career, as a founder of the G3, as well as performing in various positions with other musicians.
In 1988, Satriani was recruited by Mick Jagger as lead guitarist for Jagger's first solo tour.[1] In 1994, Satriani was the lead guitarist for Deep Purple.[2] Satriani worked with a range of guitarists, including Steve Vai, John Petrucci, Eric Johnson, Larry LaLonde, Yngwie Malmsteen, Brian May, Patrick Rondat, Andy Timmons, Paul Gilbert, Adrian Legg, and Robert Fripp through the annual G3 Jam Concerts.[3] He is currently the lead guitarist for the supergroup Chickenfoot. Since 1988, Satriani has been using his own signature guitar, the Ibanez JS Series, which is sold in stores.
Contents
 [hide
[edit] Biography
[edit] Early life
Satriani was born in Westbury, New York. He was inspired to play guitar at age 14, after hearing of the death of Jimi Hendrix.[4] He has been said to have heard the news during a football training session, where he confronted his coach and announced that he was quitting to become a guitarist.[5] In 1974, Satriani studied music with jazz guitarist Billy Bauer and with reclusive jazz pianist Lennie Tristano. The technically demanding Tristano greatly influenced Satriani's playing. Satriani began teaching guitar, with his most notable student at the time being fellow Long Island native Steve Vai. While he was teaching Vai, he was attending Five Towns College for studies in music.
In 1978, Satriani moved to Berkeley, California to pursue a music career. Soon after arriving in California, he resumed teaching. His students included Steve Vai, Kirk Hammett of Metallica, David Bryson of Counting Crows, Kevin Cadogan from Third Eye Blind, Larry LaLonde of Primus / Possessed, Alex Skolnick of Testament, Rick Hunolt (ex-Exodus), Phil Kettner of Lääz Rockit, Geoff Tyson of T-Ride, Charlie Hunter and David Turin.
[edit] Music career
Satriani started playing in a San Francisco-based band called the Squares,[6] where he continued to network and make musical connections (Squares sound man John Cuniberti co-produced his second album). He was invited to join the Greg Kihn Band, who were on the downside of their career, but whose generosity helped Satriani pay off the overwhelming credit card debt from recording his first album.[7] When his friend and former student Steve Vai gained fame playing with David Lee Roth in 1986, Vai raved about Satriani in several interviews with guitar magazines, including Guitar World magazine.
In 1987, Satriani's second album Surfing with the Alien produced radio hits and was the first all-instrumental release to chart so highly in many years. In 1988 Satriani helped produce the EP The Eyes of Horror for the death metal band Possessed. In 1989, Satriani released the album Flying in a Blue Dream. It was said to be inspired by the death of his father, who died in 1989 during the recording of the album. "One Big Rush" was featured on the soundtrack to the Cameron Crowe movie Say Anything.... "The Forgotten Part II" was featured on a Labatt Blue commercial in Canada in 1993. "Can't Slow Down" featured in a car-chase sequence in the Don Johnson starring show Nash Bridges.
In 1992, Satriani released The Extremist, his most critically acclaimed and commercially successful album to date. Radio stations across the country picked up "Summer Song," which got a major boost when Sony used it in a major commercial campaign for their Discman portable CD players.[8] "Cryin'," "Friends," and the title track were regional hits on radio. In late 1993, Satriani joined Deep Purple as a temporary replacement for departed guitarist Ritchie Blackmore during the band's Japanese tour. The concerts were a success, and Satriani was asked to join the band permanently but he declined, having just signed a multi-album solo deal with Sony, and Steve Morse took the guitarist slot in Deep Purple.[9]
In 1996, Satriani founded the G3, a concert tour intended to feature a power trio consisting of three guitar virtuosos. The original lineup featured Satriani, Vai and Eric Johnson. The G3 tour has continued periodically since its inaugural version, with Satriani the only permanent member. Other guitarists who have performed in G3 include among others: Yngwie Malmsteen, John Petrucci, Kenny Wayne Shepherd, Robert Fripp, Andy Timmons, Uli Jon Roth, Michael Schenker, Adrian Legg and Paul Gilbert. In 1998 Satriani recorded and released Crystal Planet, which went back to a sound reminiscent of his late '80s work. Planet was followed up with Engines of Creation, one of his more experimental works featuring the electronica genre. A pair of shows at the Fillmore in San Francisco were recorded in December 2000 and released as Live in San Francisco, a two-disc live album and DVD.
[edit] 2000s and future
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/25/Joe_satriani.jpg/220px-Joe_satriani.jpg
http://bits.wikimedia.org/skins-1.19/common/images/magnify-clip.png
Satriani playing in Chile, 2003.
Satriani regularly recorded and released evolving music, including Strange Beautiful Music in 2002 and Is There Love in Space? in 2004. In May 2005, Satriani toured India for the first time, playing concerts in Delhi, Kolkata and Mumbai. In 2006, Satriani recorded and released Super Colossal and Satriani Live!, another two-disc live album and DVD recorded May 3, 2006 at the Grove in Anaheim, CA. In 2006, Satriani signed on as an official supporter of Little Kids Rock, a non-profit organization that provides free musical instruments and instruction to children in underserved public schools throughout the U.S.A. Satriani has personally delivered instruments to children in the program through a charity raffle for the organization and, like Steve Vai, sits on its board of directors as an honorary member.
On August 7, 2007 Epic/Legacy Recordings re-released Surfing with the Alien to celebrate the 20th anniversary of its release. This was a two-disc set that includes a remastered album and a DVD of a never-before-seen live show filmed at the Montreux Jazz Festival in 1988.[10] Satriani's next album Professor Satchafunkilus and the Musterion of Rock, was released on April 1, 2008.[11] Satriani released a live DVD recording of a concert in Paris titled Live In Paris: I Just Wanna Rock and a companion 2 CD set on February 2, 2010.[12] In March 2010 Satriani participated with other guitarists in the Experience Hendrix Tribute Tour, performing music written and inspired by Jimi Hendrix.[13][14]
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/4e/20080612-220105_Joe_Satriani_Rijnhal_Arnhem.jpg/210px-20080612-220105_Joe_Satriani_Rijnhal_Arnhem.jpg
http://bits.wikimedia.org/skins-1.19/common/images/magnify-clip.png
Joe Satriani with Stu Hamm in Rijnhal, Arnhem, 2008.
On 29 May 2008 it was revealed that Satriani was involved in a new hard rock band called Chickenfoot with former Van Halen members Sammy Hagar and Michael Anthony, and Red Hot Chili Peppers drummer Chad Smith. The band features Hagar on vocals, Satriani on guitar, Anthony on bass and Smith on drums.[15] Their debut album was released on 5 June 2009.[16] The first single and video released was the track "Oh Yeah," which was played on the Tonight Show With Conan O'Brien on 5 June 2009. Satriani received a co-writing credit on all the songs on the band's debut album.[17] Broken Records magazine asked Satriani about his new band, and he enthusiastically mentioned that "it was great fun" and it gives him a "kick in the music bone" to be playing with such great talent. He said it felt quite natural to step back and play more rhythm guitar than solo guitar. Chickenfoot's second album was titled III, and was released on 27 September 2011. Its first single was the track 'Bigfoot'. On its first week of release, it reached a chart position of #9.
In April, Satriani and Chickenfoot voiced themselves in an episode of the animated television series Aqua Teen Hunger Force. In May 2010, Satriani announced he was about to enter the studio to record a solo album, and dates were released for an autumn tour. He also said that demos had been recorded for a second Chickenfoot album. In May 2010, Satriani joined Sound Strike, a movement led by Rage Against the Machine singer Zack de la Rocha protesting Arizona SB1070.[18][19] As a result, Satriani refuses to perform live in Arizona. Satriani released his 13th studio album Black Swans and Wormhole Wizards, on October 5, 2010.[20]
On December 4, 2008 Satriani filed a copyright infringement suit against Coldplay in the United States District Court for the Central District of California. Satriani's suit claims that the Coldplay song "Viva la Vida" includes "substantial original portions" of the Satriani song "If I Could Fly" from his 2004 album, Is There Love in Space?. The Coldplay song in question received two Grammy Awards for "Song of the Year."[21] Coldplay denied the allegation.[22][23][24] An unspecified settlement was reached between the parties.[25]
[edit] Other work
Satriani is credited on many other albums, including guitar duties on shock-rocker Alice Cooper's 1991 album Hey Stoopid, Spinal Tap's 1992 album Break Like the Wind, Blue Öyster Cult's 1988 album Imaginos, band members Stu Hamm and Gregg Bissonette's solo albums. He was credited with singing background vocals on the 1986 debut album by Crowded House. In 2003, he played lead guitar on The Yardbirds's release Birdland. In 2006, he made appearances on tracks for Deep Purple vocalist Ian Gillan's solo CD/DVD dual disc Gillan's Inn.
On Dream Theater's 2007 album Systematic Chaos, Satriani contributed spoken lyrics to the song "Repentance." Satriani contributed a guitar solo to Jordan Rudess' 2004 solo release Rhythm of Time. He composed much of the soundtrack for the racing video game NASCAR 06: Total Team Control and contributed to Sega Rally Championship. He has in feature films, including 2006 Christopher Guest film For Your Consideration as the guitarist in the band that played for the late-night show.[26] Other films include The Hangover, as the guitarist in the wedding band, and Moneyball in which he appears as himself playing Star Spangled Banner.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/bc/Joe_Satriani_2005.jpg/220px-Joe_Satriani_2005.jpg
http://bits.wikimedia.org/skins-1.19/common/images/magnify-clip.png
Satriani in 2005
[edit] Guitar virtuosity
Satriani is considered to be one of the most technically proficient guitarists,[27] and is a guitar virtuoso.[28][29] Satriani has mastered many performance techniques on the instrument, including legato, two-handed tapping and arpeggio tapping, volume swells, harmonics and extreme whammy bar effects. During fast passages, Satriani favors a legato technique (achieved primarily through hammer-ons and pull-offs) that yields smooth and flowing runs. He is also adept at other speed-related techniques such as rapid alternate picking and sweep picking. Satriani was influenced by blues-rock guitar icons such as Jimi Hendrix, Eric Clapton, Jimmy Page, Ritchie Blackmore and Jeff Beck.[2][30] Satriani created his own recognizable style and is an influential guitarist.[31] Satriani has received 14 Grammy nominations[32] and has sold over 10 million albums worldwide.[33]
[edit] Equipment
Satriani has endorsed Ibanez's JS Series guitars, and Peavey's JSX amplifier. Both lines were designed specifically as signature products for Satriani. The Ibanez JS1 (the original JS model) was based on, and replaced, the Ibanez 540 Radius model that Satriani first endorsed. Many of his guitars are made by Ibanez, including the JS1000, and JS1200. These guitars typically feature the DiMarzio PAF Pro (which he used up until 1993 in both the neck and bridge positions), the DiMarzio Fred (which he used in the bridge position from 1993 to 2005), and the Mo' Joe and the Paf Joe (which he uses in the bridge and neck positions, respectively, from 2005 to present day).
The JS line of guitars is his signature line with the JS1000, JS1200, JS2400, JSBDG, and JS20th using Ibanez's original Edge double locking tremolo bridge. The JS100 and JS120s both use Ibanez's Edge 3 tremolo bridge. The JS1600 is a fixed bridge guitar with no tremolo system. The guitar he was most associated with during the 90s was a chrome-finished guitar nicknamed "Chrome Boy." This instrument can be seen on the Live in San Francisco DVD. However, the guitar used for most of the concert was in fact a lookalike nicknamed "Pearly," which featured Seymour Duncan Pearly Gates pickups.
Satriani uses a number of other JS models such as the JS double neck model, JS700 (primary axe on the self-titled CD and seen on the 1995 tour "Joe Satriani," which features a fixed bridge, P-90 pickups, and a matching mahogany body and neck), JS6/JS6000 (natural body), JS1 (the original JS model), JS2000 (fixed bridge model), a variety of JS100s, JS1000s and JS1200s with custom paint work, and a large amount of prototype JSs. All double locking bridges have been the original Edge tremolo, not the newer models, which point to a more custom guitar than the "off the shelf" models. Joe played a red 7-string JS model, seen in the "G3 Live in Tokyo" DVD from 2005. He also has a prototype 24-fret version of the JS—now called the JS-2400—which he has used with Chickenfoot. As of late he has used other prototypes featuring a Sustainer or a JS model with three single coil-sized humbucker pickups.
Satriani's guitars are usually equipped with his signature DiMarzio humbucker pickups, Mo' Joe and PAF Joe, although his 24-fret JS model features a Pro Track single coil-sized, humbucker pickup in the neck position. Some of his guitars are still equipped with the pickup models he favored in the past, the DiMarzio FRED and PAF Pro pickups. Satriani has used a wide variety of guitar amps, using Marshall for his main amplifier (notably the limited edition blue coloured 6100 LM model) up until 2001, and his Peavey signature series amps, the Peavey JSX, thereafter.
The JSX began life as a prototype Peavey XXX and developed into the Joe Satriani signature Peavey model. However he still used distortion pedals with the clean channel rather than the built in od channels. Satriani has used other amplifiers over the years in the studio, such as the Peavey 5150 (used to record the song 'Crystal Planet'), Cornford, and the Mesa/Boogie Mark IIC+ (used to record the song 'Flying in a Blue Dream'), amongst others. He has recently switched to the Marshall JVM series, having used a modified JVM 410H in his Black Swans and Wormhole Wizards tour in 2010 and with Chickenfoot in 2010 and 2011.
These modified JVM Marshall amps were prototypes for a signature amp which was scheduled for release in 2011. The reverb has been replaced by noise gates which cancel any lag when switching channels. The clean channel has been replaced by the clean channel of a 6100 LM model which he likes as an option to use distortion pedals with. The orange od channel and the modern red od channel have been better matched with each other as he still claims to prefer the organic od channels of the JVM amp rather than pedals. The red od channel has been modified to be based more on beefy rock than a nu-metal sound. The fx-loop has been simplified to be serial only.
His effects pedals include the Vox wah, Dunlop Cry Baby wah, RMC Wizard Wah, DigiTech Whammy, BK Butler Tube Driver, BOSS DS-1, BOSS CH-1, BOSS CE-2, BOSS DD-2 and a standard BOSS DD-3 (used together to emulate reverb effects), BOSS BF-3, BOSS OC-2, Barber Burn Drive Unit, Fulltone Deja Vibe, Fulltone Ultimate Octave, and Electro-Harmonix POG (Polyphonic Octave Generator), the latter being featured prominently on the title cut to his 2006 Super Colossal. Satriani has partnered with Planet Waves to create a signature line of guitar picks and guitar straps featuring his sketch art.
Although Satriani endorses the JSX, he has used many amps in the studio when recording, including the Peavey Classic. He used Marshall heads and cabinets, including live, prior to his Peavey endorsement. Recently Satriani used the JSX head through a Palmer Speaker Simulator. He has released a Class-A 5-watt tube amp called the "Mini Colossal." Satriani has been using a Marshall JVM410 head in live gigs since 2009.[34][35] He is currently working with Vox on his own line of signature effects pedals designed to deliver Satriani's trademark tone plus a wide range of new sounds for guitarists of all playing styles and ability levels. The first being a signature distortion pedal titled the "Satchurator," and the "Time Machine," which will be a delay pedal, with more to follow, including a wah pedal called the "Big Bad Wah."[36] On March 3, 2010 a new pedal was announced on Satriani's website regarding the new Vox overdrive pedal called "Ice 9."[37]
[edit] Recurring themes
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c5/20080612-220324_Joe_Satriani_Rijnhal_Arnhem.jpg/200px-20080612-220324_Joe_Satriani_Rijnhal_Arnhem.jpg
http://bits.wikimedia.org/skins-1.19/common/images/magnify-clip.png
Satriani during a concert in Rijnhal, Arnhem, 2008.
Satriani's work frequently makes references to various science fiction stories and ideas. "Surfing with the Alien," "Back to Shalla-Bal," and "The Power Cosmic 2000" refer to the comic book character Silver Surfer, while "Ice 9" refers to the secret government ice weapon in Kurt Vonnegut's Cat's Cradle. "Borg Sex" is a reference to Star Trek, which features a homogeneous cybernetic race known as the Borg. His albums and songs often have other-worldly titles, such as Not of this Earth, Crystal Planet, Is There Love in Space?, and Engines of Creation.
On the album Super Colossal, the song titled "Crowd Chant" was originally called "Party on the Enterprise." "Party on the Enterprise" featured sampled sounds from the Starship Enterprise from the Star Trek TV show. But as Satriani explained in a podcast, legal issues regarding the samples could not be resolved and he was unable to get permission to use them.[38] Satriani then removed the sounds from the song and called it "Crowd Chant." The song is used as goal celebration music for a number of National Hockey League teams and MLS teams including the Minnesota Wild and New England Revolution.[39] The song is also used in the EA Sports hockey video game NHL 10.
"Redshift Riders," another song on the Super Colossal album, is "based on the idea that in the future, when people can travel throughout space, they will theoretically take advantage of the cosmological redshift effect so they can be swung around large planetary objects and get across [the] universe a lot faster than normal," Satriani said in a podcast about the song.[40] On the album Professor Satchafunkilus and the Musterion of Rock the song "I Just Wanna Rock," is about a giant robot on the run who happens to stumble upon a rock concert.[41]

Jumat, 24 Februari 2012

The Legend Of Rock 'GUNS N ROSES'

Guns N Roses adalah band paling meledak di planet ini. Semasa zaman kejayaannya di akhir 1980-an dan awal 1990-an, mereka menjual lebih dari lima puluh juta copy dan menampilkan pertunjukan stadion yang tiketnya terjual habis di setiap kota besarrock dunia. Setelah berlalu lebih dari sepuluh tahun tanpa satu pun rekaman baru dan kini hanya dengan satu anggota awal, mereka terus mempertahankan basis penggemar yang massif di segenap penjuru dunia. Band yang Dilupakan Waktu menelaah fenomena Guns N Roses tersebut dan dengan mengeksplorasi tahun-tahun paling awal dari para pemain utama band tersebut, buku ini menemukan akar huru-hara yang terjadi. Sebelumnya, tak ada satu buku pun yang membahas band luar biasa ini dengan menelisik begitu menyeluruh ihwal proses kimiawi yang merubah sekelompok anak muda dengan gairah akan music menjadi lambang Rock N’ Roll. Judul : Biografi Guns N Roses; Band yang Dilupakan Waktu No. ISBN : 9791850062 Penulis : Paul Stenning Penerbit : Jalasutra Tanggal terbit : 2009 Jumlah Halaman : 340 Jenis Cover : Soft Cover Kategori : Biografi Text Bahasa : Indonesia

Rabu, 22 Februari 2012

GITAR LESSON

Gitar adalah sebuah alat musik berdawai yang dimainkan dengan cara dipetik, umumnya menggunakan jari maupun plektrum. Gitar terbentuk atas sebuah bagian tubuh pokok dengan bagian leher yang padat sebagai tempat senar yang umumnya berjumlah enam didempetkan. Gitar secara tradisional dibentuk dari berbagai jenis kayu dengan senar yang terbuat dari nilon maupun baja. Beberapa gitar modern dibuat dari material polikarbonat. Secara umum, gitar terbagi atas 2 jenis: akustik dan elektrik. Gitar akustik, dengan bagian badannya yang berlubang (hollow body), telah digunakan selama ribuan tahun. Terdapat tiga jenis utama gitar akustik modern: gitar akustik senar-nilon, gitar akustik senar-baja, dan gitar archtop. Gitar klasik umumnya dimainkan sebagai instrumen solo menggunakan teknik fingerpicking komprehensif. Gitar elektrik, diperkenalkan pada tahun 1930an, bergantung pada penguat yang secara elektronik mampu memanipulasi bunyi gitar. Pada permulaan penggunaannya, gitar elektrik menggunakan badan berlubang (hollow body), namun kemudian penggunaan badan padat (solid body) dirasa lebih sesuai. Gitar elektrik terkenal luas sebagai instrumen utama pada berbagai genre musik seperti blues, country, reggae, jazz, metal, rock, dan berbagai bentuk musik pop. Daftar isi [sembunyikan] * 1 Sejarah * 2 Jenis Gitar o 2.1 Gitar Akustik o 2.2 Gitar elektrik * 3 Kontruksi Gitar * 4 Aksesoris gitar o 4.1 Strap gitar o 4.2 Plektrum * 5 Tala / Sêtém * 6 Lihat pula * 7 Referensi * 8 Pranala luar [sunting] Sejarah Kata ‘gitar’ atau guitar dalam bahasa Inggris, pada mulanya diambil dari nama alat musik petik kuno di wilayah Persia pada kira-kira tahun 1500 SM yang dikenal sebagai citar atau sehtar. Alat musik ini kemudian berkembang menjadi berbagai macam model gitar kuno yang dikenal dengan istilah umum tanbur. Pada tahun 300 SM Tanbur Persia dikembangkan oleh bangsa Yunani dan enam abad kemudian oleh bangsa Romawi (Bellow, 1970:54-55). Pada tahun 476M alat musik ini dibawa oleh bangsa Romawi ke Spanyol dan bertransformasi menjadi: (1) guitarra Morisca yang berfungsi sebagai pembawa melodi, dan (2) Guitarra Latina untuk memainkan akor. Tiga abad kemudian bangsa Arab membawa semacam gitar gambus dengan sebutan al ud ke Spanyol (Summerfield, 1982:12). Berdasarkan konstruksi al ud Arab dan kedua model gitar dari Romawi tersebut, bangsa Spanyol kemudian membuat alat musiknya sendiri yang disebut vihuela. Sebagai hasilnya, vihuela menjadi populer di Spanyol sementara alat-alat musik pendahulunya sedikit demi sedikit ditinggalkan. Walaupun demikian al ud dibawa orang ke negara-negara Eropa Barat dan menyaingi popularitas vihuela di Spanyol. Di Eropa al ud disambut dengan baik dan berkembang menjadi berbagai model lute Eropa hingga kira-kira akhir abad ke-17. Sementara itu vihuela berkembang terus menjadi berbagai macam gitar selama berabad-abad hingga akhirnya menjadi gitar klasik yang digunakan pada saat ini. Keaslian gitar tidak dapat dilihat dari keantikannya. Beberapa ahli merasa alat ini berasal dari benua Afrika, dimana banyak replika modern dalam bentuk kotak bulat seperti kulit kerang dengan Gut / benang benang sutera, di banyak daerah benua itu. Ahli lain menemukan alat ini dalam bentuk kaca di relief relief batu tua di zaman Asia Tengah dan Asia Kuno. Bahan pemikiran lain juga timbul dengan ditemukannya vas vas Yunani Kuno yang bercorak. Greek Strings mungkin adalah alat pertama yang dikatagorikan sebagai gitar. Gitar modern kemungkinan berakar dari gitar Spanyol, tetapi berbagai jenis gitar seperti instrumen instrumen yang kita bisa saksikan dilukisan lukisan pada zaman Medieval dan Renaiassance yang banyak terdapat diseluruh Eropa.[1] [sunting] Jenis Gitar Secara kasar jenis gitar dapat dibagi atas gitar akustik dan gitar elektrik [sunting] Gitar Akustik Sebuah gitar akustik. !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gitar akustik Gitar akustik memiliki bagian badan yang berlubang (hollow body) dan dapat menghasilkan suara yang relatif cukup keras tanpa penguatan elektrik. Bunyi dari gitar akustik dihasilkan dari getaran senar yang kemudian diperkuat oleh badan gitar yang bertindak sebagai tabung resonansi. Terdapat beberapa subkategori dari pengelompokan gitar akustik, diantaranya: * Gitar senar-nilon, termasuk gitar klasik dan gitar flamenco * Gitar senar-baja, termasuk gitar puncak-datar dan gitar folk * Gitar archtop * Gitar senar-duabelas Pengelompokan gitar akustik juga memasukkan gitar akustik yang memiliki tingkatan jangkauan nada yang berbeda, seperti gitar bass akustik yang memiliki setem yang sama dengan gitar bass elektrik. [sunting] Gitar elektrik !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gitar elektrik Gitar elektrik adalah gitar yang dirancang agar bunyi yang dihasilkan dapat diperkuat secara elektrik dan jika dimainkan tanpa penguatan tersebut akan menghasilkan suara yang relatif lemah. Komponen utama pada gitar elektrik adalah pickup. Pick up Elektromagnetik menangkap dan merubah getaran senar ke dalam bentuk sinyal, yang kemudian diteruskan ke pengeras suara melelui medium kabel atau gelombang radio. Suara yang dihasilkan seringkali dimanipulasi sedemikian rupa menggunakan peralatan elektronik tambahan maupun distorsi alami dari tabung vakum di dalam pengeras suara. Terdapat dua jenis pickup magnetik, yaitu pickup kumparan tunggal (single coil) dan pickup kumparan ganda (double coil atau humbucker), dimana setiap pickup dapat diatur aktif atau pasif. Pickup pertama yang berhasil digunakan pada gitar dikembangkan oleh George Beauchamp pada 1931, diamana saat itu ia masih menggunakan badan gitar yang berlubang (hollow-body). Setelah Perang Dunia II, barulah gitar elektrik badan-padat (solid-body) dipopulerkan oleh Gibson yang bekerjasama dengan Les Paul, serta oleh Leo Fender yang bekerja secara independen. Beberapa model gitar elektrik menggunakan pickup piezoelektrik, yang berfungsi sebagai transduser untuk menghasilkan suara yang relatif mirip dengan gitar akustik. Terdapat pula gitar yang mengkombinasikan pickup magnetik dan pickup piezoelektrik yang bernama hybrid guitars.[2] [sunting] Kontruksi Gitar Wiki letter w.svg Bagian ini membutuhkan pengembangan dengan: penjelasan terperinci untuk setiap bagiannya Tubuh gitar terdiri dari tiga bagian utama yaitu kepala, leher dan badan. Pada bagian kepala terdapat mesin penala dawai. Dawai gitar yang berjumlah enam utas masing-masing diikatkan pada enam buah pasak yang merupakan bagian dari mesin penala. Bagian leher terdapat di antara kepala dan badan. Bagian muka leher yang masuk hingga kira-kira seperempat papan muka dari badan gitar, merupakan papan jari yang memiliki 19 pembatas dari logam yang dikenal dengan sebutan fret. Fungsinya adalah untuk memproduksi tingkat ketinggian nada yang berbeda dengan jalan menempatkan jari-jari pada ruang-ruang di antara logam-logam fret. Bagian badan gitar berfungsi sebagai tabung resonator untuk memperbesar bunyi yang dihasilkan oleh getaran dawai. Papan muka pada badan gitar yang bahan kayunya lebih tipis dibanding papan belakang dan samping, disebut juga sebagai papan suara. Pada papan suara terdapat lobang suara untuk mengeluarkan hasil produksi bunyi. Pada dasarnya bunyi gitar dihasilkan oleh getaran dawai-dawai yang terentang di antara batang penyanggah dawai yang merupakan pembatas antara kepala dan leher (disebut nut) dengan gading pembatas (disebut bridge) pada pangkal pengikat dawai di atas papan suara (disebut base). [sunting] Aksesoris gitar Walaupun gitar sudah dapat dimainkan tanpa alat-alat berikut, namun penggunaan berbagai aksesoris dapat dipakai untuk mempermudah dalam memegang dan memainkan gitar. [sunting] Strap gitar Strap gitar digunakan untuk menggantung gitar melalui bahu. Strap berbetuk secarik kain dengan penebalan kulit sintetis di kedua ujungnya, dimana panjangnya dapat diatur untuk menyesuaikan posisi favorit dari pemakai. Gitar memiliki beragam jenis perlengkapan untuk memasangkan strap. Perlengkapan paling umum adalah menggunakan pin strap, yang berupa silinder logam yang ditancapkan ke gitar menggunakan sekrup. Secara umum, dua buah pin strap selalu terdapat pada semua gitar elektrik dan banyak gitar akustik. Pin strap oleh sebagian orang lalu diganti dengan strap berpengunci (strap locks) yang dapat menghubungkan gitar dan strap dengan lebih aman. Pin strap bawah biasanya terletak di bagian dasar badan gitar. Sedangkan pin strap atas umumnya terletak di sekitar ujung atas dari badan gitar, dengan posisi tepatnya yang berbeda-beda. Posisi paling umum adalah di lengkungan badan atas gitar, di ujung dari upper horn ataupun di sambungan leher gitar (heel). Beberapa gitar elektrik, terutama gitar dengan bentuk badan yang aneh, memiliki pin strap yang dipasang di bagian belakang badan gitar, baik salah satu pin maupun keduanya. Terdapat pula pin starp atas yang dipasang di bagian kepala gitar. Beberapa gitar akustik hanya memilik satu pin strap, yaitu di dasar badan gitar. Untuk itu ujung strap lainnya harus diikatkan ke kepala gitar. Namun, beberapa gitar akustik dibuat tanpa pin strap sama sekali. [sunting] Plektrum !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Plektrum Beragam contoh plektrum Plektrum adalah sepotong kecil material keras yang umumnya dipegang dengan jempol dan telunjuk dan digunakan untuk memetik dan membunyikan senar. Plektrum secara umum lebih sering digunakan untuk permainan gitar elektrik. Walaupun bahan utama pembuat plektrum adalah plastik, terdapat pula plektrum dari bahan lain, seperti tulang, kayu, logam, ataupun tempurung kura-kura. Tempurung kura-kura adalah bahan yang paling sering digunakan pada era awal pembuatan plektrum. Tetapi seiring dengan kura-kura yang terancam punah dan menjadi hewan dilindungi, tempurung kura-kura tidak lagi digunakan sebagai bahan pembuat plektrum. Bentuk dan ukuran plektrum sangatlah beragam. Ukuran plektrum bervariasi mulai dari plektrum kecil untuk jazz hingga plektrum besar untuk bass. Ketebalan plektrum juga memengaruhi penggunaannya. Plektrum yang lebih tipis (antara 0,2 sampai 0,5 mm) biasanya digunakan untuk permainan rhythm, sedangkan plektrum yang lebih tebal (antara 0,7 hingga 1,5+ mm) biasanya digunakan untuk permainan melodi. Suara gitar khas ala Billy Gibbons disebut-sebut dikarenakan ia menggunakan koin Amerika atau koin Meksiko sebagai plektrum. Hal serupa terjadi pada Brian May yang menggunakan koin Inggris sebagai plektrum. Lain halnya dengan David Persons yang dikenal menggunakan plektrum dari kartu kredit usang yang dipotong dengan ukuran yang tepat. [sunting] Tala / Sêtém Gitar adalah sebuah instrumen transposing, dimana suara titinadanya satu oktaf lebih rendah dari yang tertulis pada skor/lembaran musiknya. Berbagai variasi setem dapat saja digunakan, tergantung dari pemainnya. Setem yang paling umum digunakan — yang dikenal sebagai "Standard Tuning" — menggunakan senar yang disetem dari E rendah ke E tinggi, dengan melintasi rentang dua oktaf (EADGBe). Jika keenam senar dibunyikan secara terbuka (open string) maka akan menghasilkan chord Em7/add11. Titinadanya adalah sebagai berikut: Senar Notasi ilmiah Notasi Helmholtz Frekuensi pertama E4 e' 329,63 Hz kedua B3 b 246,94 Hz ketiga G3 g 196,00 Hz keempat D3 d 146,83 Hz kelima A2 A 110 Hz keenam E2 E 82,41 Hz Tabel berikut menunjukkan titinada yang dilintasi keenam senar pada setem standart, dari fret nol (nut) hingga fret dua belas. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 E F F♯ G A♭ A B♭ B C C♯ D E♭ E B C C♯ D E♭ E F F♯ G A♭ A B♭ B G A♭ A B♭ B C C♯ D E♭ E F F♯ G D E♭ E F F♯ G A♭ A B♭ B C C♯ D A B♭ B C C♯ D E♭ E F F♯ G A♭ A E F F♯ G A♭ A B♭ B C C♯ D E♭ E Gitar yang menggunakan setem standart dapat dengan mudah untuk disetem, dengan fakta bahwa nada pada fret kelima sama dengan nada pada senar terbuka (open string) sebelumnya; sebagai contoh, nada pada fret kelima pada senar keenam memiliki nada yang sama dengan senar terbuka kelima. Pengecualian pada hal ini terjadi antara senar kedua dan ketiga, dimana nada fret keempat pada senar ketigalah yang sama dengan senar terbuka kedua. Setem standart telah banyak berkembang untuk menyediakan keselarasan antara pemosisian jari yang sederhana untuk chord umum dan kemampuan untuk memainkan scale umum dengan pergerakan jari seminimal mungkin. Uniknya, setem gitar memiliki pola pengulangan, dimana hal ini mempermudah dalam memainkan scale umum. Terdapat pula variasi dan pengembangan terhadap setem alternatif. Setem alternatif digunakan untuk dua alasan utama: kemudahan dalam bermain dan variasi nada yang dapat dihasilkan. Banyak gitaris yang menggunakan sebuah variasi setem yang ditemukan berabad lalu, dimana senar terrendah 'diturunkan' satu nada penuh (whole tone). Dikenal sebagai setem "Drop-D" dimana urutan titinada senar terbukanya dari rendah ke tinggi adalah DAdgbe. Hal ini memungkinkan permainan bass dominan dan tonic senar terbuka dalam kunci D dan D-minor. Hal tersebut juga mempermudah dalam memainkan powerchords. Eddie Van Halen seringkali menggunakan sebuah alat yang ia patenkan yang bernama "D Tuna". Alat tersebut berupa tuas kecil yang terhubung ke fine tuner senar keenam pada tremolo Floyd Rose miliknya, yang membuatnya dapat menurunkan nada senar tersebut dari E ke D dengan mudah. Pada era modern, banyak grup rock kontemporer yang melakukan perubahan setem senar dengan penurunan beberapa semi-nada, menghasilkan setem "Drop-C" atau "Drop-B" sebagai contohnya. Bagaimanapun penggunaan istilah ini kurang konsisten. Terminologi "drop-D" selain digunakan untuk menggambarkan "drop-D" yang sebenarnya (dimana senar terakhir diturunkan 1 nada), istilah tersebut terkadang juga salah digunakan untuk menggambarkan setem "Standart" berbasis D yang sebenarnya dinamakan "D-Standard" (DGcfad'). Seperti halnya dengan instrumen berdawai lainnya, dimungkinkan menggunakan sejumlah besar scordatura pada gitar. Bentuk umum scordatura termasuk menurunkan setem senar ke-3 menjadi F♯ untuk meniru setem standart dari lute, terutama ketika memainkan lagu-lagu opera renaissance yang sebenarnya ditulis untuk lute.